Cara Merawat Dendam Yang Lahirnya Dari Marah
10:25 PM
Sumber Google |
Marah melahirkan dendam
Dalam sebuah Hadis, Rasulullah s.a.w. telah bersabda:
“Sebaik-baik anak Adam, ialah orang yang lambat marahnya dan segera pula reda bila sudah marah, dan sejahat-jahat anak Adam yang lekas marahnya dan lambat pula reda marah itu.”
Al Ghazali berkata: Ketahuilah kemarahan itu apabila tetap meluap-luap karena memang tidak dapat melenyapkannya seketika, maka ia masuk kedalam hati dan terus bergejolak dalam hati, sehingga akhirnya menjadi dendam.
Dengan demikian pengertian dendam adalah sebagai akibat marah yang dipelihara, berkesinambungan dan yang melakukan perbuatan ini akan menghanguskan amal atau pahala seseorang dan kesengsaraan bagi dirinya berupa ketidaktenangan dan ketidaktentraman hidup. Karena seseorang yang menaruh dendam dan sakit hati, akan membiarkan perasaan-perasaan negatif memenuhi hati menjadikan diri tidak tenang, tersiksa yang dipenuhi rasa marah, benci dan berakibat serta mendorong timbulnya penyakit.
Dendam sudah berwujud pada tindakan untuk membalas orang lain yang menjadi kebencian dan kedengkiannya. Bila dendam ini menyangkut dua pihak dan jika dibiarkan maka akan melahirkan sikap permusuhan yang tiada habisnya, saling membalas, saling mencari sekutu sehingga menjadi konflik terbuka.
Sabda Nabi saw: Orang mukmin itu bukanlah pendendam. Allah tidak menghendaki umatnya sebagai pendendam, melainkan menghendaki hamba-hamba-Nya menjadi pemaaf.
Firman Allah :Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.(Al Araf: 199)
Dendam juga pernah merasuki khalifah Abu bakar ra, yang bersumpah untuk tidak lagi menolong saudaranya, karena kesalahan yang dibuat saudaranya itu. Akibat perbuatan itu, turunlah ayat Allah yang meminta Abu Bakar ra agar mengutamakan kekeluargaan daripada memperturutkan dendam.
Firman Allah: Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (Annur: 22)
Rasa benci dan amarah yang ada di dalam hati, hendaklah ditahan untuk tidak dilampiaskan pada waktu yang lain. Dalam kaitan ini terlihat tindakan melupakan dendam sebagai sifat yang lemah, namun sebaliknya adalah kuat
Orang yang mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain tiada lain balasannya kecuali kemuliaan di sisiNya. Memang memaafkan orang yang pernah berbuat zalim atau dendam kepada diri merupakan perbuatan yang sangat berat, namun bila dilaksanakan itu sangat menenangkan hati.
Orang yang memiliki dendam, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terdapat rasa benci dalam hati terhadap orang yang didendami
2. Merasa tidak senang jika orang yang didendami mendapat suatu kebahagiaan atau kenikmatan
3. Merasa senang jika orang yang didendami mendapat kesengsaraan, musibah atau cobaan
4. Adanya keinginan untuk berbuat jahat atau membalas kejahatan terhadap orang yang didendami
5. Mempengaruhi orang lain untuk menyakiti atau menjauhi orang yang didendami.
6. Menghalang orang yg didendami drp mendapat haknya.
PUNCA
1. Sukar memaafkan- air bertakung jadi keruh, Kotor, berlumut
2. Makan minum dari sumber yang haram-benda2 syubhah
3. Buruk sangka dengan org lain- telah jadi tabiat
4. Diri sibuk dengan keburukan dan maksiat
5. Tidak menerima Qada dan Qadar Allah
Suatu ketika seorang pria bertanya kepada Rasulullah saw tentang akhlak yang baik, maka Rasulullah saw membacakan firman Allah, “Jadilah engkau pemaaf dan perintahkan orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS al-A’raaf [7] : 199). Kemudian beliau bersabda lagi, “Itu berarti engkau harus menjalin hubungan dengan orang yang memusuhimu, memberi kepada orang yang kikir kepadamu dan memaafkan orang yang menganiayamu.” (Hr. Ibnu Abud-Dunya)
Allah SWT berfirman “….. dan orang-orang yang menahan amarahnya dan MEMAAFKAN (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali ‘Imran [3] ; 134).
”…..DAN HENDAKLAH MEREKA MEMA’AFKAN DAN BERLAPANG DADA. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ” (QS. An Nuur [24] ; 22)
Allah tidak menambahkan pada orang yang memaafkan, melainkan kemuliaannya.” (HR. Muslim). Dalam hadist lain disebutkan: ” Ada tiga hal yang apabila dilakukan akan dilindungi Allah dalam pemeliharaan-Nya dan ditaburi rahmat-Nya serta dimasukkan-Nya kedalam surga-Nya yaitu : apabila diberi ia berterima kasih, apabila berkuasa ia suka memaafkan, dan apabila marah ia menahan diri (tak jadi marah) .” (HR. Hakim dan ibnu hibban)
Setelah semua uraian diatas, mari kita tanyakan dengan jujur pada diri kita, apakah kita termasuk orang yang pemaaf dan tidak pendendam? Apakah kita termasuk orang yang dengki dengan keberhasilan orang lain? Hanya kita sendiri yang bisa menjawabnya dengan jujur dan lakukanlah perbaikan, bila ternyata kita temukan bahwa diri kita masih ada penyakit hati dendam dan dengki.
AKIBAT PERASAAN DENDAM
1. menghilangkan ketenangan jiwa-tidak tenang-tersiksa-terbeban-tercari2 jalan nak balas dendam
2. membatasi pergaulan karena berusaha menjauhi atau meniadakan orang yang didendaminya
3. menjauhkan silaturahmi
4. sebagai sumber perselisihan dan permusuhan, selalu marah bila orang lain menceritakan kebaikan orang yang didendaminya
5. munculnya penyakit hati (rohani) yang lain iri, suka mengumpat, membohongi, membuka aib orang lain dan fitnah
6. mendatangkan penyakit jasmani (darah tinggi/stroke/jantung)
7. menimbulkan penyesalan dikemudian hari dan yang jelas mendapat kemurkaan Allah.
CARA MERAWAT DENDAM
1. Membaca Al-Quran
Al-Quran adalah ubat yang sangat mustajab kepada manusia bagi menghilangkan perasaan hiba dan segala penyakit hati dan jasad. Setiap orang yang membaca Al-Quran akan menjadi tenang dan Allah akan memberikannya jalan keluar atas segala kesulitan yang dihadapi olehnya.
Firman Allah yang bermaksud : “Dan Kami turunkan dengan beransur-ansur dari Al-Quran Aya-ayat suci yang menjadi ubat penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman kepadanya; dan (sebaliknya) Al-Quran tidak menambahkan orang-orang yang zalim (disebabkan keingkaran mereka) melainkan kerugian jua.” (Al-Isra : 82)
Seorang lelaki datang berjumpa dengan Ibnu Mas’ud. Dia mengeluh dan berkata “Wahai Ibnu Mas’ud nasihatilah aku dan berilah penawar untuk jiwaku yang gelisah ini, aku tidak tenteram, jiwa gelisah dan fikiran aku bercelaru. Ibnu Mas’ud menjawab “kalau begitu bacalah Al-Quran atau engkau mendengar orang membaca Al-Quran.
2. Mengunjungi Kuliah Pengajian dan Majlis Ilmu
Mengunjungi tempat pengajian juga merupakan cara untuk mendidik jiwa agar mengenali dan sentiasa mengingati Allah. Tidak rugi orang yang sentiasa mengunjungi tempat pengajian, kerana di dalam pengajian tersebut dipenuhi dengan nasihat, ilmu, ayat-ayat Al-Quran dan hadis. Ini bertujuan untuk mendidik nafsu dan emosi kita agar sentiasa bertindak mengikuti kehendak Allah dan tidak menyalahi syarak.
Menuntut ilmu adalah amalan yang sangat baik dan sangat dituntut oleh Islam dan ia juga merupakan fardu ain bagi sekalian umat Islam. Telah Berkata Muadz bin Jabal : “Pelajarilah Ilmu, karena mempelajari ilmu merupakan bentuk Khosyah (takut) kepada Allah, Menuntutnya adalah ibadah dan mempelajarinya secara bersama-sama adalah tasbih”.
Jelas di sini, orang yang rajin menuntut ilmu atau menghadiri kelas-kelas pengajian ilmu, seolahnya ia sentiasa bertasbih dan berzikir kepada Allah. Segala kepayahan, kesukaran dan kesedihan yang dihadapi olehnya akan terubat dan ia tahu bagaimana untuk bertindak sesuai dengan tuntutan Islam. Ini berbeza dengan orang yang tidak menuntut ilmu, kerana mereka sering melakukan kesalahan dalam tindakan mereka dan kadang-kadang ibadah yang dilakukan juga silap. Perkara sebegini sangat bahaya dan sangat merugikan orang yang tidak berilmu.
3. Sentiasa Berzikir
Untuk menghilangkan perasaan hiba yang dialami oleh seseorang, maka hendaklah ia sentiasa berzikir menyebut nama Allah. Perasaan hiba ini berlaku apabila hati seseorang itu terluka. Untuk merawat hati yang terlupa memerlukan suatu kaedah yang rohaniah dan tidak boleh menggunakan ubat-ubatan farmasi atau klinik. Zikir adalah ubat yang sangat mustajab dan sangat mempengaruhi hati seseorang yang selalu berzikir.
Jika ia berjalan tersepak batu mulutnya terus menyebut “Allah Akbar”, setelah kekenyangan dia menyebut “Alhamdulillah”, apabila ia terperanjat atau melihat sesuatu yang menakjubkan dia menyebut “Subhanallah”. Inilah yang dikatakan orang yang memiliki hati yang hidup dan sentiasa mengingati Allah. Firman Allah yang bermaksud : “(Iaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikrullah”. ketahuilah dengan “zikrullah” itu, tenang tenteramlah hati manusia.” (Ar-Rad : 28)
4. Menjaga Solat
Solat merupakan ibadah yang paling penting di dalam Islam, tanpa mendirikan solat! ibadah lain juga turut ditolak. Hadis Nabi yang bermaksud : “Solat itu tiang agama, sesiapa mendirikan solat maka dia telah mendirikan agama dan sesiapa meninggalkan solat dia telah meruntuhkan agama”. (Riwayat Baihaqi) Berkata Dr. Musfir Bin Said Az-Zahrani bahawa solat adalah satu nama yang menunjukkan adanya ikatan yang kuat antara hamba dengan Tuhannya.
Dalam solat, hamba seolah berada di hadapan Tuhannya dan dengan penuh kekhusyukannya memohon banyak hal kepadaNya. Perasaan ini akhirnya boleh menimbulkan adanya kejernihan spiritual, ketenangan hati dan keamanan diri di kala ia mengerahkan semua emosi dan anggota tubuhnya mengarahkan kepadaNya dengan meninggalkan semua kesibukkan dunia dan permasalahannya.
Pada saat solat ia boleh sepenuhnya memikirkan Tuhannya tanpa ada interaksi dari sesiapa pun hingga pada saat itulah ia merasakan ketenangan dan akalnya pun seolah menemukan waktu rehatnya. Jelas di sini, bahawa solat adalah sebahagian dari terapi yang boleh mengubati jiwa seseorang yang berada di dalam keadaan sakit hati. Semasa mendirikan solat, seseorang itu harus mengosongkan jiwa dan raganya untuk member sepenuh tumpuan kepada Allah. Segala yang berlaku sebelum solat telah diredhokannya kerana ia hendak memfokuskan seluruh hatinya kepada solat dengan harapan mendapat khusyuk kepada Allah. Secara tidak langsung, kita tidak mempunyai perasaan iri hati dan dendam kepada sesiapa yang melakukan masalah kepada kita kerana telah redho kepada ketentuan dan ketetapan Allah.
Dua perkara yang dapat kita hindar setelah menunaikan solat iaitu perasaan hiba atau kecewa dan perasaan ingin melakukan kejahatan yang jelas dilarang oleh Islam. Firman Allah yang bermaksud : “Sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar’’ (Al-Ankabut : 45) Amat rugi bagi orang yang mendirikan solat secara sambil lewa tanpa ada semangat untuk melaksanakan solat dengan baik sepertimana yang diajarkan oleh Baginda Rasulullah SAW. Solat yang tidak sempurna diibaratkan seperti kain buruk dan kain itu akan dicampakkan oleh Allah ke muka kita apabila dihari perhitungan nanti.
5. Bersangka Baik Kepada Orang
Salah satu sifat yang disarankan oleh Islam ialah bersangka baik kepada orang lain (husnuzon) dan ia adalah salah satu dari sifat mahmudah yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW. Punca timbulnya rasa tidak tenang kepada orang lain adalah kerana kita mempunyai perasangka yang tidak baik kepada orang lain sehingga menyebabkan hubungan kita dengan orang tersebut tidak selesa.
Firman Allah yang bermaksud : “Wahai orang-orang yang beriman! jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa; dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang; dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadaNya. (oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertaqwalah kamu kepada Allah; Sesungguhnya Allah penerima taubat, lagi Maha Mengasihani.” (Al-Hujurat : 12)
Sikap berbaik sangka ada banyak kebaikannya di antara diri kita dan orang lain. Orang yang berbaik sangka sentiasa mudah untuk menerima orang lain di dalam kehidupannya walaupun orang tersebut tidak mempunyai apa-apa pertalian darah darinya. Walaupun begitu, dia menganggap orang lain seperti saudaranya yang dekat dan sentiasa mudah untuk membantu dan menjalinkan hubungan sosial dengan orang lain. Malah inilah perkara yang dianjurkan oleh Islam, kerana setiap umat Islam itu adalah bersaudara.
Ibarat tangan kanan dicubit tangan kiri juga turut merasai kesakitannya. Selain dari itu, hubungan persaudaraan sesama Islam menjadi lebih baik dan lebih inteam di antara satu sama lain. Ini berlaku adalah disebabkan oleh perasaan yang bebas dan hati yang terbuka dari sebarang sikap dan sifat yang buruk terhadap saudaranya yang lain. Segala kesalahan dan teguran dari orang lain akan dinilai olehnya dengan positif, jika teguran itu baik menuruti lunas-lunas undang-undang Islam akan diterimanya dengan tenang.
Manakala yang tidak menepati kehendak Islam akan ditolaknya dengan alasan yang baik dan terbuka. Sekiranya orang lain melakukan kesalahan kepadanya seperti mencerca dan menyakiti hatinya, ia akan segera memaafkan orang tersebut dan diubati kesakitannya dengan zikir dan mengingati Allah.
6. Tumpukan pada Halatuju hidup kita. (kebahagiaan akhirat/syurga)
8. Mensyukuri dan mengambil ibrah dari masa lalu.( dia sakitkan hati kita-kita dekat dengan Allah)
9. Jadikan org yg kita benci sebagai kawan (berbuat baik/cari sisi baiknya/ajak kepada kebaikan)
10. Berdoa dijauhkan dari penyakit hati/dendam
Kesimpulan
Dendam Adalah Penyakit Hati
Buat apa menyimpan penyakit di dalam diri kita. Untuk hidup damai dan tenang, kita harus menyingkirkan penyakit-penyakit hati kita yang memberi kesan negatif pada diri kita. Jika ingin balas dendam, maka paksakan diri untuk tidak mengikutinya dan cuba hilangkan dari hati kita.
Sumber: UTM
0 comments